Wednesday, June 4, 2008

fpi, insiden monas, dan keyakinan.

Memakai atribut ke-Islam-an dan
membawa bendera Indonesia: mempermalukan Islam dan Indonesia
.

Sebenarnya saya sedang sibuk terpontang-panting disini, tapi khusus untuk mengungkapkan pendapat yang sejak kemarin terpendam, saya tulis ini dengan tergesa-gesa.

Terkait dengan Insiden Monas, yaitu aksi damai AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan) yang dinodai oleh aksi kekerasan FPI (Front Pembela Islam), ada 3 kunci pokok yang ingin saya sampaikan disini.

1. Saya Islam, tetapi saya tidak merasa agama saya dibela, melainkan dipermalukan. Sorry, agama saya tidak seperti itu. Islam tidak seperti itu. Maka dari itu hingga detik ini saya menganut Islam. Kalimat ini adalah kalimat yang selalu ingin saya sampaikan semenjak adanya aksi-aksi anarkis FPI di berita jauh sebelum Insiden Monas. Hey FPI, agama bukan mainan.

2. Kekerasan yang disengaja itu tidak layak dimaafkan. Apapun alasannya. Bahkan seorang wanita yang sering disiksa oleh suaminya, namun membunuh suaminya saat tidak sedang menyiksanya saja harus diadili, apalagi sekelompok lelaki yang mengajar sekelompok orang (laki-laki, perempuan, hingga anak-anak) yang tidak sedang menyerang mereka! Apakah perlu dimaafkan dan tidak diadili? Kalo ya, berarti jangan sebut negara ini negara hukum. Mempermalukan hukum saja.

3. Keyakinan adalah suatu pemikiran dan perasaan. Dari manakah pemikiran dan perasaan itu datang? Dari diri masing-masing individu. Seharusnya menjadi sesuatu yang tabu untuk membahas mengenai perasaan yang diyakini seseorang. Apalagi memaksakan keyakinan. Itu bukan hak saya, anda, atau mereka. Bukan hak satu orangpun di dunia ini untuk memaksakan keyakinannya pada orang lain.

Saya sedang menunggu dan tidak sabar untuk menikmati berita-berita di televisi maupun media cetak mengenai pembubaran dan penahanan anggota FPI. Serve the popcorn, please!

Memakai Bahasa Indonesia karena beberapa faktor.

5 comments:

Herman Saksono said...

dan yang tidak kalah penting... ini bukan yang pertama kalinya FPI bertindak kasar.

saya rasa yang masih membela FPI hatinya sudah buta.

tamboel sadja tjoekoep.. said...

Yup,benar sekali,
sbg seorang muslim saya tidah merasa agama saya sedang dibela FPI.
Track record FPI benar2 bikin malu!

Tapi,saya sedikit tergelitik pikiran kenapa berita ini diblow up abis2an. Sbg pembanding kasus Unas juga lumayan parah,pelanggaran HAM berat.
Ah,jangan2 ini pengalihan perhatian agar masyarakat g mikirin kenaikan harga BBM mulu..
Bisa gawat kan kalo masyarakat terutama mahasiswa terus2an demo,DPR pada cari muka dukung mereka pula..

Dino said...

Setuju..
agama kita bukannya dibela tapi malah dipermalukan

Deprived of Life said...

this coutry is based on hypocrisy and corrupted minds of the leaders. i don't believe that Indo is lawful country...its only law is money. Coba perhatiin di undang2 hukum selalu tertulis "Hukuman Seberat-beratnya _sekian_", secara logis kalau ada kalimat seberat-beratnya berarti ada fine print yang tertulis atau tidak "seringan-ringannya".

The police aint gonna do shit, they all know what FPI did ever since several years ago, but it wasn't recorded on camera or when it did, the police always say "there aren't enough evidence to proof it". But i am rather glad the Monas incident happened despite the casualties and the injured person.

Now it is the people's time to show how brutal FPI can be and we can force the government to shut them down...and also for the other religious zealots non-formal institute.

-j-

Anonymous said...

Emang bener apa yang Dian Paramita tulis, aku setuju banget tu.
FPI bukan Front Pembela Islam, melainkan Front Permalukan Islam!
Agama saya tidak mengajarkan anarkis! Islam mengajarkan bagaimana menjalani hidup dan kehidupan dengan selaras, serasi, dan seimbang. Bagi yang telah menemukan kedamaian dalam Islam, saya yakin dia tidak akan menyakiti Mahkluk ciptaan Allah yang lainnya.... karna dia akan beranggapan, bahwa Umat selain Islam juga makhluk ciptaan Allah SWT.